BALAI PELINDUNGAN TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

EVALUASI PENGENDALIAN HAMA WERENG PUCUK TANAMAN KOPI DI PUNGGUR KECIL

Diposting     Kamis, 02 Oktober 2025 09:10 am    Oleh    Admin Balai Pontianak



Oleh : Juliyanto (Kepala UPPT Sungai Kakap Kab. Kubu Raya) dan Erlan Ardiana Rismansyah, S.P (POPT Ahli Muda/Kepala Brigade Pelindungan Tanaman Perkebunan)

Indonesia memiliki posisi yang cukup strategis dalam perdagangan kopi dunia dengan semakin dikenalnya Kopi Indonesia di Eropa dan Amerika terutama kopi khusus (specialty coffee) seperti Kopi Gayo, Kopi Mandailing, Kopi Lampung dan lainnya. Selain itu produksi kopi Indonesia menempati posisi keempat negara produsen dan pengekspor kopi terbesar di dunia. Berdasarkan data Foreign Agricultural Services (FAS), Departemen Pertanian Amerika Serikat, pada tahun 2024-2025 Indonesia menyumbang 6,23 % dari total produksi kopi global yaitu mencapai 654.000 ton kopi dan menempati urutan keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia (Pusat Data.kontan.co.id, 2025). Produksi kopi Indonesia ini menurun bila dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 774,69 ribu ton (Anonim, 2022). Di provinsi Kalimantan Barat, luas penanaman kopi mencapai 7.673 hektar dengan produksi mencapai 3.156 ton per tahun di tahun 2022. Tiga besar lokasi penanaman kopi di Kalimantan Barat adalah di Kabupaten Sambas, Ketapang dan Kubu Raya (Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Barat, 2023).

Fluktuasi produksi kopi dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah gangguan hama dan penyakit. Hama dan penyakit utama pada kopi di Kalimantan Barat adalah hama penggerek buah kopi yang disebabkan oleh Hypothenemus hampei dan penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Hemileia vastatrix (Sipereda, Triwulan I Tahun 2025). Meski demikian gangguan hama penyakit pada tanaman kopi tidak terbatas pada ketiga opt diatas, karena masih banyak jenis hama dan penyakit lain yang menyerang dan menyebabkan kerusakan meski pada skala yang kecil atau belum merugikan secara ekonomis.

Pada awal bulan Agustus 2025, UPPT Sungai Kakap sebagai Unit Pembina Perlindungan Tanaman Perkebunan di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya telah menerima laporan adanya serangan hama yang belum pernah diketahui sebelumnya. Serangan terjadi di beberapa kebun kopi dari anggota Kelompok Tani Tani Makmur Sungai Nenas Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap.

Menindaklanjuti laporan tersebut, kemudian pada tanggal 28 Agustus 2025, petugas UPPT Sungai Kakap bersama dengan tim BPT (Brigade Pelindungan Tanaman) BPTP Pontianak segera menuju ke lokasi serangan untuk melakukan pengamatan, identifikasi awal  dan upaya pengendalian terhadap OPT yang menyerang di kebun kopi tersebut.

Pada Pengamatan dan diskusi lapangan diketahui hama yang menyerang tanaman kopi diduga merupakan serangga wereng pucuk Sanurus indecora. Gejala dan tanda serangan yang terlihat berupa adanya imago serangga seperti wereng, nimfa yang diselimuti oleh lapisan putih dan lapisan-lapisan lilin putih seperti kapas yang ditemukan pada bagian daun, ranting, dan pucuk tanaman. Petani pemilik kebun mengkonfirmasi bahwa hama ini baru ada terlihat pada tahun 2025 ini saja, dan belum pernah ditemukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Wereng Sanurus indecora termasuk famili Flatidae dan mengalami proses pertumbuhan hidup secara tidak sempurna atau hemimetabola, yaitu dari telur menjadi nimfa dan akhirnya menjadi imago. Telur berwarna putih, tidak tertutup oleh lapisan lilin, diletakkan berderet memanjang 2-6 baris pada permukaan bawah daun, tulang daun, tunas yang masih lunak, dan tangkai daun. Nimfa berwarna krem, tertutup oleh zat lilin berwarna putih dan lengket. Wereng dewasa bersayap dengan garis berwarna jingga. Pada saat istirahat, sayap dilipat seperti tenda, jika direntangkan mencapai 30-35 mm. Siklus hidup S. indecora pada musim hujan perkembangannya lebih lambat sehingga di lapang populasinya ditemukan lebih sedikit dibandingkan dengan musim kemarau (Rita Harni dkk., 2018).

Kerusakan di lapangan tidak dapat dipastikan dikarenakan gejala kerusakan atau ketidaknormalan pada tanaman terserang tidak terlihat secara visual, hanya ada tanda serangan berupa adanya hama dengan berbagai stadia yang terlihat pada pohon terserang baik pada daun, ranting, pucuk dan bunga. Menurut Rita Harni dan kawan-kawan (2018) S. indecora dapat menyerang kopi Arabika dan Robusta, tetapi lebih menyukai Arabika. Wereng menyerang baik pada daun, cabang, dan batang tanaman. pada daun lebih banyak ditemukan pada permukaan bawah, terutama fase nimfa, dan tampak nimfa tertutup dengan lapisan lilin tebal, menyelimuti tanaman sehingga bagian yang terserang seperti tertutup kapas. Fase nimfa dan imago aktif makan. Wereng menusuk dan mengisap cairan tanaman. Bagian tanaman yang terserang akan terhambat pertumbuhannya, tunas mengalami malforasi, rontok atau mati. Kerusakan tanaman dapat bertambah parah jika lapisan lilin tersebut ditumbuhi embun jelaga karena dapat menghambat fotosintesis. Penampakan keseluruhan terlihat kotor, hitam, daun terhambat menjalani fotosintesis. Embun jelaga merupakan salah satu bentuk asosiasi jamur dengan wereng ini. Imago bertengger pada batang dan ranting tanaman terlihat seperti duri. Jika diganggu, imago bergeser menjauh atau terbang.

Hasil pengamatan lapangan pada 20 ranting sampel tanaman kopi terserang terdapat populasi serangga dewasa rata-rata 4,35 imago per ranting. Pada tanaman kopi belum diketahui ambang batas populasi dari hama ini adapun pada tanaman jambu mete menurut Mardiningsih et al., (2004), populasi S. indecora rata-rata 12 ekor per pucuk dapat menurunkan hasil 57,83%

Minimnya informasi mengenai hama wereng pucuk pada tanaman kopi baik dari segi ekobiologinya maupun teknik pengendaliannya menyebabkan upaya pengendalian yang dilakukan masih terbatas. Meski demikian untuk mencegah meningkatnya populasi hama dan meluasnya areal serangan maka BPTP Pontianak telah melakukan beberapa rekomendasi dan bantuan pengendalian antara lain :

  1. Melaksanakan pengendalian secara mekanis dengan mengambil telur dan nimfa serangga hama tersebut. biasanya nimfa dan telur dapat ditemukan pada bagian permukaan daun dan pucuk. Upaya ini dapat dilaksanakan pada kondisi populasi hama yang masih sedikit dan baru menyerang beberapa pohon di dalam kebun
  2. Meningkatkan sanitasi kebun dengan memangkas ranting-ranting/cabang kopi yang tidak produktif, cabang tunas air serta memangkas tanaman penaung. Hasil pengamatan di lapangan memperlihatkan bahwa hama cenderung menyerang pada tanaman kopi yang teduh dan tidak terkena sinar matahari secara penuh atau berada di bawah tanaman naungan yang cukup rapat.
  3. melakukan penyemprotan tanaman terserang dengan air menggunakan pompa air bertekanan tinggi. Penyemprotan ini dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin yang menyelimuti daun, nimfa dan telur sehingga tanaman terserang dapat berkurang infestasi hamanya.
  4. Melakukan kegiatan penyemprotan insektisida kimiawi berbahan aktif lambdasihalotrin dengan dosis 0,5 ml per liter untuk mematikan serangga dewasa dan nimfa. Kegiatan penyemprotan insektisida kimia sebaiknya dilakukan secara terbatas hanya pada pohon dan bagian tanaman yang terserang saja (spot treatment). Pengulangan aplikasi dapat dilakukan pada 2 minggu berikutnya dengan memperhatikan dinamika populasi hamanya.
  5. Pengendalian hama ini secara tidak langsung dapat dilakukan dengan meningkatkan mutu kegiatan budidaya kopi seperti pemupukan yang rutin, memelihara kebersihan kebun, menjaga intensitas cahaya matahari dengan melakukan pemangkasan ranting/tunas air dan pohon penaung secara rutin.

Sebagian rekomendasi pengendalian ini langsung dapat dilakukan dengan fasilitasi bantuan pengendalian yang diberikan oleh BPTP Pontianak antara lain pengendalian kimiawi dengan penyemprotan insektisida. Bantuan fasilitasi pengendalian tidak saja berbentuk bahan pengendalian dan APD tetapi juga berbentuk sosialisi penggunaan bahan pengendalian secara baik dan benar dengan cara mencontohkan aplikasi pestisida secara aman dan efektif. 

Evaluasi Pengendalian

Pengendalian secara kimiawi telah dilaksanakan sebanyak 2 kali pasca kegiatan sosialisasi tanggal 28 Agustus 2025. Adapun penyemprotan terakhir telah dilaksanakan pada tanggal 5 September 2025. Monitoring dan evaluasi hasil pengendalian perlu dilakukan untuk mengetahui efektivitas pengendalian dan perkembangan populasi hama.

Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 18 September 2025 atau sekitar 3 minggu setelah sosialisasi pengendalian, dengan cara melakukan pengamatan dan penghitungan jumlah serangga hama pada 20 tanaman sampel. Penghitungan jumlah hama hanya dilakukan pada serangga dewasa saja tanpa memasukkan stadia telur dan nimfa. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata populasi serangga sebanyak 2,1 ekor per ranting sampel. Jumlah ini menurun dari populasi serangga sebelum dilakukan pengendalian yaitu sebanyak 4,35 ekor imago per ranting tanaman. Penurunan populasi serangga hama pasca pengendalian dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak saja mutlak karena hasil penyemprotan insektisida kimiawi. Dilaporkan petani selama 2 minggu setelah sosialisasi, intensitas hujan cukup tinggi sehingga diduga menghambat perkembangan serangga hama. Menurut Supeno dan kawan-kawan (2010) perkembangan wereng pucuk akan meningkat pada musim kemarau dan menurun pada musim penghujan. Adanya curah hujan yang tinggi menyebabkan kelembaban tinggi dan basah yang mengakibatkan WPM pada musim hujan sangat tidak cocok untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Selain kelembaban, pengaruh langsung dari hempasan air hujan dan didukung oleh habitat wereng yang ada di pucuk menyebabkan rendahnya populasi pada saat musim hujan. Faktor musim hujan ini juga yang menyebabkan populasi hama wereng pucuk menurun terus. Sinkronisasi antara pakan, musim dan habitat merupakan faktor penyebab tinggi dan rendahnya populasi wereng pucuk.

Selain faktor pengendalian kimiawi dan kondisi iklim, faktor pengendalian hayati juga berperan penting terhadap menurunnya populasi serangga hama wereng pucuk. Selama pengamatan diperoleh beberapa jenis musuh alami dari wereng pucuk yaitu belalang sembah, laba-laba predator, semut serta parasitoid telur wereng pucuk. Keberadaan serangga berguna ini perlu dilestarikan dengan melakukan konservasi musuh alami. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan keragaman jenis tanaman di dalam kebun (polikultur), meminimalkan penggunaan bahan-bahan kimia dan menggunakannya secara bijaksana serta memberi peluang perkembangan musuh alami dengan meningkatkan keragaman tanaman berbunga untuk menjaga kelestarian musuh alami terutama parasitoid.

Hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan potensi dari penggunaan musuh alami kelompok parasitoid dimana tingkat parasitasi lapangan dari parasitoid telur hama wereng pucuk ini mencapai 52,8%. Pembahasan tentang parasitoid telur ini akan dilakukan terpisah.

Simpulan

  1. Wereng pucuk yang diduga adalah hama Sanurus sp merupakan hama baru yang menyerang pada tanaman kopi di desa punggur kecil yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Tingkat populasi hama wereng sebelum pengendalian adalah mencapai 4,35 ekor per ranting
  2. Upaya pengendalian telah dilakukan untuk mengurangi serangan hama wereng pucuk ini dengan difasilitasi oleh BPTP Pontianak dalam bentuk sosialisasi dan bantuan bahan pengendalian
  3. Evaluasi pengendalian pada 2 minggu setelah pengendalian memperlihatkan adanya penurunan populasi serangga hama dimana pada sebelum pengendalian rata-rata jumlah hama per ranting adalah 4,35 ekor dan setelah pengendalian menurun hingga hanya 2,1 ekor per ranting
  4. Penurunan populasi hama wereng pucuk terjadi dikarenakan kombinasi dari beberapa faktor antara lain curah hujan yang cukup tinggi, pengendalian hama secara kimiawi serta pengendalian hayati yang terjadi secara alamiah baik oleh predator maupun parasitoid.
  5. Beberapa musuh alami yang ditemukan meliputi : belalang sembah (Mantidae), laba-laba predator, semut dan parasitoid telur.

Referensi

Anonim. 2025. 10 Negara Penghasil Kopi Terbesar. Diakses dari https://pusatdata.kontan.co.id/infografik/105/10-Negara-Penghasil-Kopi-Terbesar

Anonim. 2022. Outlook Kopi. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Sekretariat Jenderal. Kementerian Pertanian. 100 Halaman

Rita Harni, Samsudin, Widi Amaria, Gusti Indriati, Funny Soesanthy, Khaerati, Efi Taufiq, Abdul Muis Hasibuan, Arlia Dwi Hapsari. 2018. Teknologi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Indonesian Agency For Agricultural Research and Development (IAARD) Press.

Bambang Supeno, Damayanti Buchori dan Pudjianto. 2010. Kajian wereng pucuk mete Sanurus spp (Hemiptera, Flatidae) di Pertanaman Jambu Mete di Pulau Lombok. Zoo Indonesia, 2010, 20(1): 11-16


Bagikan Artikel Ini