SOSIALISASI PENGGUNAAN PERANGKAP ATRAKTAN UNTUK PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KOPI YANG RAMAH LINGKUNGAN
Diposting Senin, 10 November 2025 03:11 pmOleh :
- Erlan Ardiana Rismansyah, S.P (POPT Ahli Muda)
- Suadin, S.P (Anggota Tim KTK Layanan Teknis)
- Julianto (Kepala UPPT Sungai Kakap Kab. Kubu Raya)
Kumbang Penggerek buah kopi (PBKo) dengan nama ilmiah Hypothenemus hampei Ferrari merupakan hama utama yang menyerang pada tanaman kopi. Hama ini berupa kumbang kecil berwarna hitam dan termasuk ke dalam famili Scolytidae Ordo Coleoptera. Hama penggerek buah kopi sangat merugikan petani kopi karena selain menyebabkan kerusakan buah secara langsung juga menyebabkan mutu buah kopi yang dipanen menjadi menurun kualitasnya.
Berdasarkan data serangan OPT Provinsi Kalimantan Barat, Serangan hama penggerek buah kopi di Kabupaten Kubu Raya pada Bulan Juni 2025 mencapai luas 206 hektar sementara upaya pengendalian yang dilakukan terhadap hama ini masih sangat minim dilaksanakan (Dinas Perkebunan, 2025). Kecilnya kegiatan pengendalian PBKo yang dilakukan oleh petani kopi di Kubu Raya, salah satunya dikarenakan pengetahuan petani yang terbatas tentang hama penggerek buah kopi dan cara pengendaliannya. Hingga saat ini pengetahuan petani untuk pengendalian hama penggerek buah kopi masih dipersepsikan dengan pengendalian menggunakan bahan kimia atau insektisida. Padahal upaya pengendalian secara kimiawi terkendala oleh mahalnya harga insektisida selain pilihan produknya juga terbatas. Untuk itu, terobosan-terobosan lain teknologi pengendalian hama penggerek buah kopi Hypothenemus hampei selain penggunaan pestisida perlu lebih dimaksimalkan dan diperkenalkan kepada petani kopi dengan berdasarkan kepada konsep pengendalian terpadu yang lebih ramah lingkungan dengan mengkombinasikan berbagai teknik pengendalian seperti perbaikan kultur teknis, penggunaan varietas/klon tahan PBKo, pemanfaatan musuh alami serta penggunaan perangkap atraktan hama penggerek buah kopi. Upaya tidak kenal lelah senantiasa dilakukan oleh BPTP Pontianak dalam mensosialisasikan berbagai teknologi pengendalian hama PBKo dalam paket PHT termasuk penggunaan perangkap atraktan yang dikombinasikan dengan pengendalian secara kultur teknis. Salah satunya telah dilaksanakan di Kelompok Tani Makmur Jaya di Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya pada bulan Oktober 2025 ini.
Kelompok Tani Makmur Jaya yang berlokasi di Parit Ibrahim Desa Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu kelompok tani kopi yang beranggotakan 25 orang petani/pekebun kopi dengan luasan total mencapai 25 hektar. Sebagaimana di lokasi lain, kebun kopi di kelompok tani ini mengalami serangan hama penggerek buah kopi yang cukup parah tanpa ada upaya pengendalian yang berarti. Dengan mempertimbangkan tingkat pengetahuan petani tentang hama penggerek buah kopi yang masih rendah maka petugas UPPT Sungai Kakap merekomendasikan perlunya dilakukan sosialisasi teknologi pengendalian hama Penggerek buah kopi H. hampei kepada kelompok tani.
Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2025 di rumah Sekretaris Kelompok Tani bertujuan untuk mensosialisasikan ekobiologi hama, tehnik pengamatannya serta teknologi pengendalian hama penggerek buah kopi H. hampei dengan menggunakan perangkap atraktan yang dikombinasikan dengan perbaikan kultur teknis budidaya kopi. Dalam sosialisasi ini diserahkan pula atraktan sebanyak 120 buah pcs untuk digunakan oleh kelompok tani dalam kegiatan pengendalian hama PBKo.

Sosialisasi Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei
Hama penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei merupakan salah satu hama utama pada tanaman kopi. Hama ini menyerang tidak hanya buah kopi yang sudah tua tetapi juga buah yang masih muda. Buah kopi muda yang bijinya masih lunak umumnya tidak digunakan sebagai tempat berkembang biak tetapi hanya digerek untuk mendapatkan makanan sementara dan selanjutnya ditinggalkan lagi. Serangan H. hampei menyebabkan buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur (Indriati dkk, 2016).

Imago betina menyerang buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus (ujung buah) sekitar 8 minggu setelah pembungaan hingga panen (> 32 minggu). H. hampei umumnya menyerang pada buah kopi yang bijinya telah mengeras/sudah cukup tua dan mengakibatkan buah kopi berlubang berbentuk bulat dengan diameter 1 mm (Indriati dkk., 2016).
Kerusakan akibat serangan H. hampei adalah jatuhnya buah muda dengan cepat, buah matang rentan terhadap infeksi jamur dan bakteri, dan penurunan hasil dan mutu kopi, sehingga mengurangi produksi/pendapatan petani (Indriati dkk., 2016). Penurunan hasil akibat serangan H. hampei bervariasi tergantung kondisi pengelolaan tanaman. Kehilangan hasil dapat mencapai 100 persen apabila tidak dilakukan tindakan pengendalian (Baker, Prakasan et al., dalam Girsang dkk., 2020). Di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara, hama H. hampei tersebar di seluruh kecamatan penghasil kopi dan dilaporkan intensitas serangannya mencapai 51,6 persen (termasuk kategori serangan berat) (Girsang dkk., 2020). Serangan berat dapat menimbulkan kehilangan produksi sampai 10% pada buah-buah muda dan dapat mencapai 40% pada buah-buah tua. Disamping itu dapat menurunkan kualitas sampai grade 4 (Sukanadi dkk., 2009). Menurut Purba (2015) dalam Meidiantoro dkk (2024) pada tingkat serangan di lapangan jika dipersentasekan berkisar 20% maka tingkat penurunan produksi sekitar 10%, dimana kondisi tersebut masih belum termasuk penurunan kualitas biji kopi yang berlubang karena serangan hama PBKo, dimana persentase-nya dapat mencapai lebih dari 50%. Menurut
Hama penggerek buah kopi memiliki tahap perkembangan hidup sempurna atau holometabola yaitu dewasa – telur – larva dan pupa. Dengan lama periode siklus hidup dari telur diletakkan hingga menjadi kumbang dewasa berkisar 24-49 hari. Lama siklus hidup ini dipengaruhi oleh cuaca terutama temperatur. Makin rendah temperatur dan makin tinggi tempat maka makin panjang siklus hidupnya.
Seekor serangga betina mampu menghasilkan 35-50 butir telur. Telur berbentuk lonjong, berwarna putih susu, panjang 0,5 – 0,8 mm; lebar 0,25-0,35 mm. Larva yang menetas akan segera menggerek keping biji kopi yang telah mengeras dan berkembang sampai menjadi dewasa pada liang gerekan di dalam buah kopi. Larva berwarna putih krem dengan kepala berwarna coklat, terdiri dari dua instar. Bentuk tubuh bulat, berkaki dengan rambut-rambut yang jarang. Stadium larva 10-21 hari untuk kemudian memasuki para pupa. Pupa berwarna putih kemudian setelah berkembang 10 hari akan menjadi kuning, panjang 1,2-1,7 mm (Baker, 2009). masa pre-pupa 2 hari dan masa pupa 4-6 hari (Kalshoven, 1981). Lama hidup imago H. hampei bervariasi. Lama hidup imago betina 81-282 hari, rata-rata 131 hari sedangkan imago jantan 40-52 hari. (Indriati dkk., 2016). Kumbang berwarna hitam kecokelatan dan tungkainya berwarna lebih muda dengan ukuran betina (1,7 mm x 0,7 mm) lebih besar daripada jantan (1,2 mm x 0,7 mm). Tubuh kumbang berbentuk bulat pendek dengan pronotum menutupi kepala (Harni dkk., 2015).
Populasi kumbang penggerek buah kopi dipengaruhi oleh faktor iklim (suhu, curah hujan dan kelembaban relatif), fisiologi kopi dan tanaman penaung. Suhu dan kelembaban optimum untuk perkembangan H. hampei masing-masing berkisar 25-26 0C dan 90-95%. Kondisi kebun kopi dengan penaung yang berlebihan (gelap) mendukung perkembangan H. hampei. Pada kebun dengan penaungan rapat, dilaporkan bahwa buah yang terinfestasi H. hampei 5 kali lebih banyak dan perkembangan hamalebih cepat dibandingkan kebun dengan penaungan kurang (terbuka). Demikian juga pertanaman yang pembuahannya sepanjang tahun akan mendukung keberlanjutan pembiakan H. hampei karena biji kopi yang menjadi makanan tersedia sepanjang waktu. Isi bahan kering dari endosperm merupakan faktor penting yang menentukan serangan H. hampei. Biji dengan < 20% kandungan bahan kering cukup untuk pengembangan keturunan hama ini di dalam biji. (Baker et al., 1994 dalam Indriati dkk., 2016).

Pengamatan Intensitas Serangan Hama Penggerek Buah Kopi
Setelah penjelasan tentang status hama penggerek buah kopi, sosialisasi dilanjutkan dengan materi mengenai metode pengamatan hama penggerek buah kopi. Pengamatan terhadap hama ini dilaksanakan dengan interval setiap bulan. Kegiatan pengamatan dapat dilakukan pada kondisi kebun sebelum panen dilaksanakan (pra-panen), dan pengamatan yang dilaksanakan pada saat panen. Pengamatan pra-panen dilaksanakan pada pohon-pohon contoh di kebun yang dilakukan tiap bulan yang dimulai saat buah mengeras sampai saat panen, sedangkan pengamatan pada saat panen dilakukan pada buah kopi hasil petikan. Hasil pengamatan pra-panen digunakan sebagai acuan untuk menentukan waktu dan metode pengendalian hama pada musim itu, sedangkan hasil pengamatan saat panen digunakan untuk memandu pengendalian pada musim mendatang (Anonim, 1992).
Dalam sosialisasi ini, petugas dan petani mempraktekkan tehnik pengamatan hama penggerek buah kopi di salah satu kebun kopi petani di samping tempat pertemuan. Sebanyak 20 pohon diambil secara acak diagonal untuk digunakan sebagai pohon contoh dalam praktek pengamatan, dimana untuk masing-masing pohon contoh diamati 5 buah buah kopi secara acak pada 5 buah ranting yang diusahakan mewakili 4 arah mata angin. Pengamatan dilakukan dengan mengamati ada tidaknya lubang gerekan pada bagian diskus (ujung buah) kopi yang telah matang. Data hasil pengamatan kemudian ditabulasi dan digunakan untuk menghitung persentase serangan, intensitas serangan dan luas serangan.
Persentase serangan dihitung dengan menghitung jumlah pohon terserang dibagi dengan jumlah total pohon sampel, sedangkan intensitas serangan dihitung dengan menghitung jumlah buah terserang PBKo dibagi dengan jumlah total buah sampel dikali dengan 100 persen. Adapun luas serangan dapat dihitung dengan mengkalikan persentase serangan dengan luas kebun sampel.

Hasil pengamatan menunjukkan terdapat 12 pohon sampel yang terserang oleh hama PBKo dari 20 pohon sampel, yang artinya persentase serangannya sebesar 60%. Sedangkan buah kopi terserang PBKo sebanyak 74 buah dari 500 buah kopi sampel sehingga intensitas serangannya mencapai 14,8 %. Mengacu kepada Buku Baku Operasional PHT Hama PBKo oleh Direktorat Jenderal Perkebunan (Anonim, 1992) angka tersebut dikategorikan intensitas serangan berat karena melebihi ambang batas skala intensitas serangan berat yaitu sebesar 5%. Untuk luas serangan yang terjadi pada kebun praktek pengamatan adalah sebesar 6.000 m2 dengan luas kebun sampel adalah 1 hektar.
Tingginya persentase dan intensitas serangan hama PBKo di kebun pengamatan tidak lepas dari kondisi kebun kopi, intensitas praktek budidaya serta minimnya upaya pengendalian yang dilakukan oleh pemilik kebun. Kebun kopi tempat pengamatan merupakan kebun polikultur yang mana selain ditanam kopi, juga ditanam pula beberapa tanaman lain seperti pisang, pinang dan kelapa. Tanaman naungan (kelapa dan pinang) yang rapat juga mendukung perkembangan populasi hama PBKo. Tingkat sanitasi kebun terlihat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya tunas air dan cabang yang tidak produktif serta gulma yang cukup tebal diatas permukaan tanah. Populasi hama PBKo senantiasa ada di kebun disebabkan pula karena tanaman yang ditanam memiliki pola pembuahan terus menerus sehingga buah kopi selalu ada sepanjang waktu.
Dari hasil pengamatan diatas menunjukkan bahwa kebun kopi yang digunakan sebagai tempat pengamatan telah mengalami intensitas serangan berat hama penggerek buah kopi yaitu sebesar 14,8% dan perlu segera dilakukan pengendalian.
Sosialisasi Penggunaan Perangkap Atraktan dan Kombinasinya dengan Mekanis dan Kultur Teknis untuk Pengendalian Hama Penggerek Buah Kopi (PBKo)
Upaya pengendalian hama penggerek buah kopi didasarkan dengan Menerapkan konsep PHT atau Pengendalian Hama Terpadu yaitu dengan memadukan berbagai cara pengendalian diharapkan dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan hama H. hampei. Beberapa upaya pengendalian yang dapat dipadukan diantaranya adalah dengan memperhatikan sanitasi kebun, penerapan kultur teknis yang baik, pemanfaatan agens pengendali hayati dan penggunaan perangkap atraktan. Khusus pengendalian hama menggunakan perangkap atraktan, petani kopi di Kelompok Tani Makmur Jaya masih belum banyak mengenal dan menggunakannya. Atraktan adalah senyawa atau bahan menghasilkan aroma atau bau yang mampu merangsang hama penggerek buah kopi betina untuk mendekat karena menyukai aromanya dan akan terperangkap pada wadah perangkap.
Perangkap atraktan merupakan salah satu tehnik pengendalian hama penggerek buah kopi (PBKo) yang dinilai ramah lingkungan dan tidak berisiko muncul residu bahan kimia berbahaya pada biji kopi yang dihasilkan serta tidak merusak lingkungan akibat penggunaan pestisida kimiawi (Wiryadiputra, 2014). Dewasa ini terdapat beberapa atraktan sintesis dengan merek dagang komersial yang beredar di Indonesia antara lain Hypotan, Brocap dan Koptan.
Dalam kegiatan sosialisasi ini, atraktan yang digunakan merupakan senyawa kimia yang bertujuan untuk menarik serangga betina H. hampei. Senyawa atraktan yang berada dalam kemasan saset 10 ml, diberi lubang supaya aroma yang ada dalam senyawa atraktan dapat keluar dan dapat menarik serangga betina. Atraktan yang telah diberi lubang dimasukkan ke dalam wadah perangkap. Wadah perangkap berupa botol plastik transparan bekas air minuman berukuran 600 ml yang telah diberi lubang pada 2 sisi yang berlawanan dengan ukuran 5 x 6 cm serta diberi pengait pada untuk mengaitkan saset atraktan dan di bagian bawah diberi air sabun. Fungsi dari pemberian air sabun agar serangga betina PBKo yang sudah mendekat jatuh ke dalam wadah yang telah diberi air sabun (Soesanthy, 2015).

Pemasangan perangkap dapat dipasang diantara pohon kopi dengan ketinggian kurang lebih 1,6 meter. Cara penggunaan perangkap dengan senyawa atraktan antara lain:
- Atraktan yang dikemas dalam saset diberi lubang dengan menggunakan sebanyak 3-4 lubang. Fungsi lubang untuk mengeluarkan aroma dari senyawa atraktan agar serangga betina tertarik dan menuju ke perangkap.
- Saset atraktan yang sudah diberi lubang dimasukkan dalam wadah merah berbentuk seperti tabung yang telah diberi lubang untuk menggantungkan saset atraktan
- Pada bagian dasar wadah diberi air deterjen/air sabun. Fungsi dari larutan deterjen tersebut adalah untuk menampung atau menjebak serangga betina PBKo yang menuju ke wadah perangkap
- Perangkap dipasang diantara pohon kopi dengan ketinggian sekitar 1,6 meter diatas permukaan tanah
- Kepadatan perangkap per hektar sekitar 20-40 perangkap dengan jarak 20 meter pada lahan datar
- Daya tahan atraktan di lapangan cukup lama mencapai 1-1,5 bulan
Menurut Wiryadiputra (2014) penggunaan perangkap atraktan (dengan merek Hypotan) telah diuji keefektifannya untuk mengendalikan hama PBKo pada tanaman kopi Robusta dan kopi Arabika dengan tingkat keefektifan yang sama. Pengujian Hypotan pada tanaman kopi Robusta dilakukan di Lampung yang menunjukkan bahwa pemasangan Hypotan dengan kapadatan 24 buah/ha selama dua bulan dapat menurunkan intensitas serangan PBKo sebesar 60% dan populasi serangga PBKo turun 63,74%. Selain itu Wiryadiputra (2014) melaporkan pemasangan Hypotan selama 6 bulan terbukti dapat menekan tingkat serangan PBKo dari tingkat serangan tertinggi sekitar 65,0% menjadi di bawah 10,0%. Menurut Soesanthy (2015) untuk dapat melihat keefektifan penggunaan perangkap atraktan ini maka pemasangannya harus dilakukan setidaknya 4 bulan berturut-turut. Durasi pemasangan perangkap atraktan yang lama ini juga dapat memberi fungsi lain perangkap atraktan sebagai alat monitoring/pengamatan hama PBKo. Jumlah kumbang betina yang terperangkap di wadah pada saat pengamatan dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan tindakan pengendalian yang tepat (Soesanthy, 2015).

Kesesuaian Penggunaan Perangkap Atraktan Dengan Komponen Pengendalian lain dalam Konsep Terpadu Pengendalian Hama PBKo
Sebagai komponen pengendalian PBKo secara terpadu, penggunaan perangkap atraktan juga berkesuaian dengan komponen pengendalian lainnya dan penggunaannya memang sebaiknya dipadukan dengan komponen pengendalian lain seperti sanitasi kebun, kultur teknis dan pemanfaatan APH jamur entomopatogen Beauveria bassiana.
1. Sanitasi Kebun
Menurut Wiryadiputra (2010), dengan metode pengendalian secara kultur teknis dan sanitasi kebun, serangan hama PBKo dapat menurun dari 45% menjadi 0.5 – 3%. Upaya sanitasi kebun yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemangkasan semua cabang dan ranting yang tua/kering atau yang tidak produktif dan mengumpulkan sisa-sisa tanaman kemudian dijadikan bahan pembuatan pupuk organik (kompos) serta melakukan penyiangan gulma. Tujuan dari pemangkasaan ini adalah mengurangi tingkat kerapatan kebun sehingga menjadi tidak ideal untuk perkembangan populasi hama PBKo. Menurut Hasundutan et al., (2015) dalam Anindita dkk (2023) hama PBKo cenderung menyerang tanaman kopi yang berada di bawah naungan serta lembab, sehingga perlu dilakukan pengendalian secara terpadu.

2. Kultur Teknis
Kegiatan kultur teknis yang dapat dilakukan terkait buah kopi sebagai makanan hama PBKo adalah meminimalkan keberadaan buah masak di kebun selain untuk tujuan panen. Upaya tersebut meliputi petik bubuk, rampasan buah dan lelesan. Petik Bubuk yaitu memetik semua buah yang berlubang yang dilakukan 15-30 hari menjelang panen raya. Seluruh buah yang terserang dikumpulkan kemudian disiram dengan air panas untuk membunuh serangga hama PBKo. Rampasan buah dilakukan pada akhir panen besar dengan memetik semua buah kopi yang tersisa pada ranting. Sedangkan Lelesan dilakukan dengan mengumpulkan semua buah yang jatuh ke tanah dan proses selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kompos (Astuti, 2011).
3. Pemupukan
Memupuk tanaman dengan pupuk yang seimbang menggunakan jenis dan dosis sesuai anjuran untuk mempercepat pemulihan tanaman.
4. Pengaturan Pohon Pelindung
Memangkas pohon pelindung yang terlalu rimbun untuk memperbaiki temperatur dan kelembaban atau kondisi agroklimat.
5. Pengendalian Biologis (Agen Pengendali Hayati)
Aplikasi jamur Beauveria bassiana dilakukan pada saat buah masih muda. Kebutuhan untuk 1 Ha kebun kopi yaitu 2,5 kg media biakan jamur B. bassiana selama 3x aplikasi per musim panen. Penyemprotan dilakukan pada sore hari dengan arah semprotan dari bawah daun (Astuti, 2011).
Referensi :
Anonim. 1992. Baku Operasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Penggerek Buah Kopi (PBKo), Hypothenemus hampei Ferr. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian.
Devina Cinantya Anindita, Aptika Hana P.N., dan Yudha Saputra. 2023. Sosialisasi Pengendalian Hama penggerek buah kopi (PBKo) di KTH Tani Makmur Desa Nglurup Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Jurnal Selaparang Volume 7 Nomor 3 September 2023 : 1948-1952
Funny Soesanthy. 2015. Perangkap Atraktan Sebagai alat Monitoring Sekaligus Pengendali Hama Penggerek Buah Kopi. Infotek Perkebunan Volume 7 Nomor 11, November 2015
Gusti Indriati, Khaerati dan Arlia Dwi Hapsari. 2016. Penggerek Buah dan Cabang Pada Tanaman Kopi. Sirinov Volume 4 Nomor 1, April 2016: 11-24
Ketut Ayu Sukanadi, Farriza Diyasti, Cecep Subarjah. 2009. Pengenalan, Pengamatan Dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Opt) Utama Kopi. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. 2009. 42 halaman
Kiki Meidiantoro, Setyo Andi Nugroho, Sepdian Luri Asmoro, Marniyarni Tri Handayani dan Ika Lia Novenda. 2024. Uji Efektivitas Atraktan Terhadap Serangan Hama PBKo (Hypothenemus hampei) Menggunakan Senyawa Etanol, Metanol dan Ekstrak Biji Kopi. Prosiding Seminar dan Bimbingan Teknis Pertanian Politeknik Negeri Jember 2024: Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Adaptasi Perubahan Iklim Untuk Pertanian Berkelanjutan 13-14 Juni 2024. Agropross, National Conference Proceedings of Agriculture. Hal: 439-445
Rita Harni Samsudin Widi Amaria Gusti Indriati Funny Soesanthy Khaerati Efi Taufiq Abdul Muis Hasibuan Arlia Dwi Hapsari. 2015. Teknologi Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Kopi. IAARD Press. Jakarta. 78 hlm.
Soekadar Wirdiputra. 2014. Hypotan®: Atraktan Pengendali Hama Penggerek Buah Kopi yang Ramah Lingkungan. Warta Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia Volume 26 | Nomor 1 | Februari 2014
Warlinson Girsang, Rosmadelina Purba, Rudiyantono. 2020. Intensitas Serangan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Pada Tingkat Umur Tanaman Yang Berbeda dan Upaya Pengendalian Memanfaatkan Atraktan. Journal Tabaro Volume 4 Nomor 1, Mei 2020. Hlm: Hal 27-34
Yuni Astuti. 2011. Hypotan, Senyawa Penarik Hama Penggerek Buah Kopi (PBKo) Hypothenemus hampei. Diakses dari https://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?option=com_content&view=article&id=107:hypotan-senyawa-penarik-hama-penggerek-buah-kopi-pbko-hypothenemus-hampei&catid=15:home