BALAI PELINDUNGAN TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Preservasi Agens Pengendalian Hayati (APH): Upaya Menjaga Ketersediaan Isolat Unggul di Laboratorium Utama Pengendalian Hayati BPTP Pontianak

Diposting     Selasa, 09 Desember 2025 03:12 pm    Oleh    Admin Balai Pontianak



Oleh: Muhammad Sunariya, S.Si (Calon POPT Ahli Pertama)

Laboratorium Utama Pengendalian Hayati BPTP Pontianak merupakan salah satu laboratorium yang berperan penting dalam penyediaan teknologi pengendalian hayati untuk mendukung perlindungan tanaman perkebunan di Kalimantan. Salah satu kegiatan strategis yang sedang dikembangkan adalah preservasi isolat Agens Pengendalian Hayati (APH) guna menjamin keberlanjutan penyediaan isolat mukroba yang berkualitas untuk kebutuhan penelitian maupun pelayanan teknis.

Preservasi APH tidak hanya berkaitan dengan penyimpanan isolat, tetapi juga merupakan upaya pelestarian sumber daya hayati mikroba lokal yang memiliki potensi tinggi. Dengan metode preservasi yang tepat, isolat mampu dipertahankan viabilitasnya dalam waktu panjang, bahkan puluhan tahun, tanpa mengalami penurunan kemampuan biologis maupun perubahan karakter fisiologis.

Peran Penting Agens Pengendalian Hayati dalam Proteksi Tanaman Perkebunan

Agens Pengendalian Hayati adalah organisme hidup yang digunakan sebagai alternatif ramah lingkungan dalam menekan populasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). OPT perkebunan seperti jamur patogen penyebab penyakit akar maupun serangga perusak tanaman menjadi tantangan besar bagi petani dan pengelola kebun. Melalui pendekatan pengendalian hayati, penggunaan input kimia dapat ditekan, lingkungan lebih sehat, dan keberlanjutan usaha perkebunan lebih terjamin. Oleh karena itu, ketersediaan isolat APH seperti jamur antagonis dan entomopatogen yang unggul menjadi kebutuhan strategis. Laboratorium Utama Pengendalian Hayati telah melakukan preservasi terhadap 9 isolat mikroba, yaitu:

  • Trichoderma harzianum 
  • Trichoderma koningii 
  • Trichoderma atroviride 
  • Trichoderma aureoviride 
  • Gliocladium spp. 
  • Metarhizium anisopliae
  • Metarhizium majus 
  • Beauveria bassiana 
  • Verticillium lecanii 

Simak mengenai manfaat dan karakter isolat pada infografis berikut:


Mengapa Preservasi APH Sangat Penting? 

Mikroorganisme seperti Trichoderma, Gliocladium, Metarhizium, dan Beauveria terbukti sangat efektif membantu petani mengatasi berbagai masalah OPT, mulai dari penyakit tular tanah hingga hama serangga. Namun mikroba yang tersimpan dalam media kultur biasa akan cepat menua, dapat berubah sifat, atau bahkan mati. Dengan teknik preservasi yang baik: 

  • Mikroba tetap viabel (hidup) untuk waktu lama, 
  • Sifat biologisnya tetap terjaga, 
  • Tidak perlu melakukan isolasi ulang dari lapangan, 
  • Kegiatan penelitian dapat dilakukan lebih efisien.

Bagaimana Proses Preservasi Dilakukan?

Isolat-isolat ini disimpan pada media air steril, tanah steril, dan gliserol 50% yang sudah terbukti ampuh untuk mempertahankan mikroba selama bertahun-tahun. Prosesnya dilakukan secara teliti dan berstandar laboratorium: 

  • Pemeriksaan kemurnian isolat 
  • Persiapan media air steril, tanah steril, dan larutan gliserol 
  • Pemindahan isolat secara aseptik 
  • Penyimpanan dalam rak khusus pada kondisi stabil 
  • Pencatatan data isolat dalam sistem dokumentasi laboratorium

Manfaat Besar Bagi Pertanian Berkelanjutan 

Kegiatan preservasi APH memberikan manfaat nyata, antara lain: 

  • Ketersediaan isolat unggul kapan saja 
  • Efisiensi biaya dan waktu penelitian 
  • Konsistensi mutu isolat untuk uji laboratorium dan produksi APH 
  • Pelestarian keanekaragaman hayati mikroba lokal 
  • Mendukung produksi biofungisida dan bioinsektisida lokal 

Dengan demikian, preservasi bukan hanya kegiatan teknis laboratorium, tetapi juga investasi jangka panjang untuk masa depan pertanian maupun perkebunan, khususnya di Kalimantan.

Kesimpulan 

Melalui kegiatan preservasi APH menggunakan air steril (metode Castellani), tanah steril, dan gliserol 50%, Laboratorium Utama Pengendalian Hayati BPTP Pontianak dapat menjaga stabilitas isolat mikroba unggul yang berperan penting dalam pengendalian hayati. Upaya ini merupakan pijakan penting menuju pertanian perkebunan yang lebih sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Daftar Referensi

Castellani, A. (1939). Viability of some pathogenic fungi in distilled water. Journal of Tropical Medicine and Hygiene.

Smith, D. & Onions, A.H.S. (1994). The Preservation and Maintenance of Living Fungi. CAB International.

LIPI (2019). Pedoman Preservasi Kultur Mikroba – Indonesian Culture Collection (InaCC). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Samson, R.A., et al. (1988). Atlas of Entomopathogenic Fungi. Springer.

Bridge, P. & Spooner, B. (2001). Soil Fungal Diversity and Ecology. British Mycological Society.

Lane, S., et al. (2015). Glycerol as a Cryoprotectant for Microbial Culture Collections. Applied Microbiology and Biotechnology.



Bagikan Artikel Ini